Ramadhan pemimpin HAMAS


Aslkm, setelah sekian lama nda nulis di blog..kerjaan offline menuntut energi lebih, alhamdulillah bisa menjumpai bula ramadhan yang penuh berkah, bulan tarbiyah..bulan jihadiyah..Semoga artikel berikut bisa menambah semangat kita mempersembahkan amal terbaik dibulan penuh berkah ini.


Sejatinya tidak ada yang berbeda dengan cara
berpuasa Ramadan yang dilakoni banyak orang. Makan sahur, berbuka, salat
tarawih, dan tadarus. Hampir sebagian besar negara Arab, kecuali Oman,
menetapkan permulaan puasa kemarin.

Namun, bagi para pemimpin Hamas, bulan suci ini menjadi saat paling tepat
memohon kepada Allah agar penjajahan Israel terhadap bangsa Palestina
berakhir.“Ini merupakan saat paling baik untuk memohon kepada Allah
Mahakuasa untuk membebaskan Yerusalem dan semua wilayah yang dijajah oleh
Israel,” kata Abdul Aziz Dweik, Ketua Parlemen Palestina dari kelompok
Hamas, kepada *Tempo* melalui telepon selulernya kemarin.

Apalagi tahun ini merupakan puasa kedua bagi dia dapat berkumpul bersama
istri, tujuh anak, dan 16 cucunya. Ia dibebaskan Juni tahun lalu setelah
mendekam bersama lebih dari 40 anggota parlemen Hamas selama tiga tahun di
penjara Israel.

Lelaki 62 tahun ini menyadari Ramadan merupakan bulan berlimpah pahala.
Salat wajib dilipatgandakan, dan ibadah sunah diganjar pahala wajib. Karena
itu, ia tidak menyia-nyiakan waktu. Ia mengaku tidur hanya empat-lima jam
sehari.

Lantaran tugasnya sebagai ketua parlemen tidak terlalu sibuk di bulan suci
ini, ia lebih banyak menggunakan waktu untuk beribadah.

“Saya biasanya paling sedikit khatam Al-Quran lima-enam kali selama
Ramadan,”ujar Aziz Dweik, yang menetap di Kota Hebron, Tepi Barat. Orang
Arab menyebutnya AlKhalil, di mana terdapat kuburan Nabi Ibrahim di sana.

Ia bangun pukul 3 dinihari. Sebelum makan sahur, ia menunaikan salat
tahajud. Selepas salat subuh, ia tidak tidur, melainkan membaca AlQuran
sebanyak yang ia mampu, dilanjutkan pelbagai kegiatan lainnya.

Berbuka ia lakukan di rumah bersama istri dan dua cucu mereka yang tinggal
bersama. Baginya, tak ada menu favorit."Apa yang tersedia, saya makan,"
katanya.

Aziz Dweik berusaha keras salat berjemaah di Masjid Ar-Ribath, yang berjarak
hanya setengah kilometer dari kediamannya. Kebiasaan di masjid itu, salat
tarawih 20 rakaat dan witir satu rakaat. Namun, di antara kedua salat itu,
jemaah masjid bertadarus satu juz saban malam. Ia biasanya didaulat
menyampaikan ceramah seputar hikmah bulan puasa.
Meski Ramadan merupakan saat paling istimewa bagi kaum muslim, menurut dia,
militer Israel tidak melonggarkan pengamanan. Hingga kini masih ada sekitar
650 pos pemeriksaan di seantero Tepi Barat selain pembangunan Tembok Pemisah
yang masih terus berjalan sejak delapan tahun lalu.

Ia sangat menyesalkan tidak dapat salat di Masjid Al-Aqsha, tempat paling
suci ketiga bagi orang Islam setelah Masjid Al-Haram di Mekah dan Masjid
Nabawi di Madinah.

Meski Israel mengizinkan lelaki dan perempuan di atas usia 40 tahun, Aziz
Dweik tidak masuk hitungan. “Sebab, kegiatan politik saya dianggap
berbahaya,”ujar Dweik.*TEMPO Interaktif*,

Artikel Terkait



Tags:

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com