Kepergian Ust. Nurhuda, Muassis Dakwah di Kalimantan



Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Da'wah ini kembali kehilangan kader terbaiknya, Ust. Nurhuda Trisula ,Sang Perintis dakwah di Kalimantan Timur pada hari Sabtu 28 Januari 2012. Sekali lagi, kejujuran dalam dakwah ini ditunjukkan, dan sekali lagi kami ditunjukkan atsar keistiqomahan. Ust Nurhuda telah memenuhi janjinya, terus berjuang di jalan Allah swt. 

Sekilas Tentang Sosok Ust. Nurhuda Trisula
Semua yang mengenal Ustadz Nurhuda Trisula pasti sangat tahu bagaimana karakternya dalam da’wah, akhlaknya dengan sesama dan prinsipnya dalam hidup. Bahkan saat almarhum dalam keadaan sakit menahun pun, karakter, akhlak dan prinsip itu tak ikut luntur menghilang bersama lemah fisiknya. Bahkan di akhir-akhir hayatnya, beliau masih tetap meneladankan keseriusan dan pengorbanan fisik dan pikirannya kepada da’wah yang tiada terkira.

Dalam bulan-bulan terakhir, beberapa kali aku mendengar curhat dari beliau langsung tentang kegusaran istrinya akibat “keras-kepala” nya. Bagaimana Mba Win melarang untuk mengurangi aktifitas beliau, karena tanda-tanda stroke kedua yang kemungkinan mendekat. Sampai-sampai Mba Win pernah sms -sebagai bentuk gugatan kasih sayang- kepada beliau dan beliau ceritakan kepadaku; “aku telah menjadi istri yang gagal karena tidak mampu melarang suami untuk istirahat”. Beliau tidak pernah menanggapi dengan melankolis.

Ikhwah di DPW juga sering menutup-nutupi jadwal rapat demi keinginan seluruh ikhwah untuk tidak melibatkan beliau, karena melihat kondisi fisik beliau. Tapi beliau selalu menemukan cara dengan mencari tahu jadwal rapat dan memaksa ikut, memberikan kontribusi pemikiran dan solusi paling banyak dan paling sering mengarahkan seluruh ikhwah tentang langkah-langkah yang harus diambil berkaitan dengan strategi da’wah.

Hari Rabu, empat hari sebelum beliau tak sadarkan diri, aku masih di rumahnya dari jam 7 pagi hingga jam setengah 12. Aku masih membuat bahan presentasi untuk disampaikan beliau kepada BPH DPW. Diantara wajah letih beliau, beliau masih mau mendengarkan paparanku. Di sela-sela paparanku, beliau sempat berkata; “akh, saya lihat antum seperti berputar-putar badannya lho”. Aku langsung kaget dan menghentikan pembicaraan. Kataku; “Ustadz, kita stop dulu ya. Besok bisa kita lanjutkan. Antum istirahat dulu”. Tapi dengan tegas beliau mengatakan; “Tidak usah akh. Antum lanjutkan saja. Saya bisa mendengarkan sambil berbaring”.

Setengah jam kemudian, saat aku masih menjelaskan, beliau memotong dengan muka gusar; “akh, tangan saya dan kaki saya sebelah kanan tidak bisa digerakkan nih. Dari kemarin seperti ini”. Aku langsung cemas dan berkata; “Ustadz, kita stop dulu ya”. Beliau menjawab dengan tersenyum; “Tidak usah. Selesaikan saja. Santai akh”. Aku membatin, bagaimana bisa aku santai mendengar kondisinya. Akhirnya aku percepat presentasi dan mengcopy bahan presentasi itu ke flashdisk beliau. Saat aku diam begitu lama, sambil berbaring beliau berkata; “Akh, dua hari ini saya mengalami disorientasi. Jadi, saya bangun pagi dan tiba-tiba bingung mau ngapain. Saya bisa mengalami kebingungan hingga berjam-jam. Kata dokter, kalau kita disorientasi seperti itu, biasanya mau stroke yang kedua lho, dan itu alamat delapan puluh persen saya wafat”.

Beliau berkata seperti itu tanpa beban. Tanpa ketakutan. Tetap tenang dan sambil tertawa !. Aku saja yang mendengarnya begitu cemas. Waktu aku pulang, aku sempat berpesan; “syaikh, kalau boleh nyaranin, sebaiknya banyak istirahat”. Dan aku yakin, pesanku tak akan digubrisnya. Karena dia sudah menjadwalkan akan ke DPW seharian ini, ke Bontang esok harinya, ke DPP pada hari Jum’at dan ke Jakarta lagi untuk mengatarkan Adzkiya pada hari Ahad. Begitulah beliau dengan keteguhan dan sikap tak mau dikasihani-nya. Jika beliau bisa melakukan sendiri, buat apa minta bantuan yang lain katanya.

Kenangan tentang keteguhan beliau kerja keras beliau hingga wafat di jalan Allah juga di rasakan oleh sahabat-sahabat dekatnya. Ustadz Haris pernah jalan berdua bersamaku waktu ada acara Partai di Jakarta setahun yang lalu. Dan beliau dengan sangat gamblang menceritakan tentang Ustadz Nurhuda; “antum harus contoh Ustadz Nurhuda akh. Tentang obsesinya dalam da’wah, tentang komitmennya yang tiada pernah patah. Jangan pernah menyerah dengan masalah-masalah”. Kata-katanya membuatku tersenyum malu.

Saat aku bertandang ke rumah seorang ustadz yang sealmamater dengan beliau, setengah tahun lalu, Ustadz tersebut menceritakan bahwa dengan keteladanan akhlaknya, Ustadz Nurhuda menjadi orang yang bisa menengahi berbagai masalah di kalangan ikhwah di berbagai daerah. Saat ada konflik dan perbedaan pendapat, beliaulah orang yang didepan dua kelompok yang berselisih tersebut yang bisa menyatukan pandangan-pandangan ekstrim dan merangkumnya dalam sikap moderat dialiri kasih sayang dan persaudaraan

Orangtua Bang Icha, Ustadz Andre dan seluruh keluarganya, telah menganggap Ustadz Nurhuda adalah bagian dari anak dan saudaranya, karena mereka sangat lama berinteraksi dan memetik kebaikan, ketulusan, kasih sayang dan kuatnya ikatan persaudaraan dari Ustadz Nurhuda saat-saat da’wah ini di buka di Kalimantan Timur, dimana Bang Icha dan Ustadz Nurhuda berjibaku untuk pertamakali.

Beberapa saat setelah wafatnya Ustadz Nurhuda, saat Ustadz Zainal Haq masuk ke ruangan ICU sekitar pukul tujuh bersama Ustadz Hadi Mulyadi, beliau dengan suara terbata-bata menahan tangis menegaskan bahwa Ustadz Nurhuda adalah orang yang paling layak diteladani oleh seluruh ikhwah. Saat Ustadz Hadi Mulyadi memberi kata sambutan tentang kebaikan-kebaikan almarhum, beliau mengatakan, ; “Semua yang pernah mengenal almarhum, pasti kagum dengan kesungguhannya pada da’wah dan jama’ah. Dan harus diakui bahwa beliaulah yang merintis da’wah di Kalimantan, dan dengan segala kesungguhannya, kita menjadi orang-orang yang berdiri di jama’ah ini”.

Beberapa kali Ustadz Masykur juga pernah mengeluh kepadaku tentang Ustadz Nurhuda; “Memang akh, kalau mau belajar politik da’wah dan strateginya kita harus belajar kepada Ustadz Nurhuda. Tapi ya itu akh, semua mau dipikirkan dengan sangat serius. Beliau selalu ingin terlibat dan meng-eksekusi keputusan besar jama’ah. Padahal kan kita kasihan sama fisiknya. Takut ada apa-apa”. Di lain waktu, saat pidato pelepasan jenazah, beliau juga menegaskan bahwa; “semua ikhwah yang ada di Kalimantan, terutama Kalimantan Timur adalah murid-muridnya. Karena sebab almarhum dan izin Allah-lah, saya dan seluruh ikhwah mendapatkan hidayah Allah. Saya akui bahwa saya murid almarhum. Semua murid almarhum. Satu hal yang wajib kita lakukan adalah mencontoh semua kebaikannya”.

“Almarhum adalah ‘Arkanul Bai’at yang berjalan di antara kita. Kita tidak pernah meragukan pengorbanannya dalam da’wah ini. Kita begitu mengagumi keikhlasannya dalam jalan da’wah ini. Waktu menjadi anggota DPRD, beliau sampai memberikan duapertiga pendapatannya untuk da’wah dan sepertiganya untuk keluarga. Itupun masih terpotong untuk aktivitas da’wah sehari-hari. Bahkan almarhum pernah bercerita kepada saya bahwa almarhum hanya menyisahkan limaratus ribu untuk Bu Win dan anak-anak. Betapa kita sulit menemukan orang-orang seperti beliau. Kita wajib mengikuti jejak beliau, meneladani dan meneruskan apa yang menjadi cita-cita beliau”.

Begitulah beliau di mata sahabat dan kawan seiring perjuangan. Aku sendiri telah banyak menulis kenangan indah baik saat kami berdua mengunjungi kota lain, duduk berdua, atau bersama-sama saudaraku yang lain. Kurangkum sebagian kenanganku dalam sebuah tulisan pesan nan indah di hatiku. Dan sebagian kutuliskan untuk saudaraku yang lain, di “Penakluk Ribuan Hati”. (28 Januari 2012 / pelangikalasenja.wordpress.com)

Sosok Pekerja Keras yang Sederhana  (Ditulis di Kaltim Pos)
Tampil sederhana, kalem, dan gaya bicaranya tak meledak-ledak. Begitulah Nurhuda Trisula, mantan auditor di kantor pelayanan pajak yang akhirnya terjun ke politik praktis. Nurhuda yang sudah 10 tahun duduk di DPRD Kaltim, kini dicalonkan lagi untuk ketiga kalinya
.
Sejak usia 5 tahun, pria kelahiran Blitar, 6 Juni 1969, ini sudah dididik politik. Maklum, ayahnya Noorman (alm) memang aktif di partai politik. Ketika itu, ayahnya yang pegawai Dinas Pendidikan Blitar, Jatim, duduk di kepengurusan inti Partai Golongan Karya (Golkar).

Setiap hari, ayahnya selalu mengajak Nurhuda untuk mengikuti rapat-rapat di Partai Golkar.

"Saat itu saya masih duduk di kelas 4 SD," ucap Nurhuda membuka pembicaran.

Selain sebagai ketua Majelis Dakwah Islamiah Golkar, ayahnya juga ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Blitar. Namun, hawa politik yang makin memanas di internal Golkar membuat ayahnya memutuskan berhenti berpolitik.

"Karena sudah tahu hitam putihnya politik, beliau memutuskan berhenti dari Golkar," ucap pria yang dikenal cukup sabar ini.

Ibunya yang kepala sekolah di salah satu SD di Blitar punya obesesi agar Nurhuda menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Selepas lulus SMAN 1 Blitar, Nurhuda melanjutkan kuliah ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di Jakarta. Ketika itu dirinya juga diterima di Fakultas Teknik Sipil Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Tapi informasi kelulusan di Unibraw diketahuinya setelah dirinya sudah menjalani masa orientasi kampus di STAN.  

"Saya pun memutuskan tetap kuliah di STAN," ucap Nurhuda yang ditemui di sela mengikuti workshop untuk anggota DPRD tentang problematika pemilu di Jakarta beberapa waktu lalu.

Selama kuliah di kampus STAN Jakarta 1988 hingga 1991, ia pun aktif berorganisasi. Di antaranya dipercaya sebagai ketua PD Pelajar Islam Indonesia (PII) Kodya Blitar, dan ketua Masjid Baitul Maal STAN Jakarta. 

Lulus dari STAN pada 1991, ia bekerja di kantor pajak di bawah Departemen Keuangan (Depkeu) sebagai auditor. Ia ditugaskan ke Samarinda. Pekerjaan sebagai auditor pajak inilah yang mengantarkan dirinya mengenal banyak teman, termasuk pengusaha Kaltim, Yos Soetomo.

Sebagai auditor, ia tetap aktif berorganisasi dakwah. Bahkan, ia mendirikan lembaga dakwah dan majelis taklim.

"Jadi basis majelis taklim sekarang ini tidaklah muncul tiba-tiba. Ini sudah kami rintis sejak lama," sebut ayah 5 putra ini.

Nah, pada 1998, ketika Partai Keadilan (PK) -yang sekarang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)- berdiri ia pun diajak bergabung oleh kawan-kawannya yang dulu satu almamater di kampus.

"Jaringan yang sudah kami bentuk inilah yang akhirnya mendorong lahirnya Partai Keadilan di Kaltim," ucap suami Purwinahyu ini.

Saat itu, dipercayakan Ketua DPW PK Kaltim Abdul Haris dan dirinya ditunjuk sebagai wakil ketua. Memasuki Pemilu 1999, ia termasuk yang dicalonkan untuk daerah pemilihan (dapil) Samarinda. Koleganya Haris dicalonkan dari dapil Balikpapan, dan Hadi Mulyadi dapil Kukar serta Kubar.

"Saat itu, dapil Samarinda yang justru perolehannya cukup signifikan dan memperoleh satu kursi," ucapnya.

Ia mengaku, satu kursi ini tak serta-merta diterimanya. Nurhuda mengaku malah  meminta Haris untuk duduk sebagai anggota DPRD.

"Saya lihat, Pak Haris lebih pantas," kata Nurhuda.

Namun Haris ternyata menolak. Demikian pula Hadi Mulyadi tak mau menerima jabatan itu. Akhirnya disepakati tiga nama diserahkan ke DPP PK untuk diputuskan. Yakni Nurhuda, Haris, dari Hadi Mulyadi (sekarang ketua DPW PKS Kaltim).

Bersama istri dan anak-anak
DPP PK memutuskan Nurhuda yang duduk di DPRD Kaltim. Alasannya, Nurhuda dianggap pernah di birokrasi. Sedangkan Hadi Mulyadi berlatar belakang dosen, sementara Haris adalah seorang dokter.

"Jadi saya dipilih bukan dianggap yang paling pintar. Karena pernah di birokrasi, saya dianggap bisa mengikuti berbagai program politik," tuturnya.
 
"Saya baru dapat kabar itu ketika saya akan bertolak ke Blitar menjenguk ayah yang sedang sakit. Ketika saya sampaikan penunjukan ini, saya sempat dilarang untuk masuk ke DPRD. Beliau takut, saya menyesal nanti ketika sudah terjun politik. Apalagi setelah tahu hitam putihnya politik," imbuhnya.

Namun, setelah diyakinkan, akhirnya ayahnya merestui masuk ke gedung DPRD Kaltim, Kelurahan Karang Paci, Samarinda, untuk periode 1999-2004. Hanya pesannya tetap diingat, ketika sudah masuk politik, akan mudah naik jabatan, tapi sebaliknya mudah juga turunnya.

"Dalam politik itu, yang paling penting integritas. Setelah berpesan itu, besoknya ayah saya meninggal," kenangnya.

Yang paling berkesan ketika masuk arena politik, perjuangan kerasnya bersama mantan anggota DPRD Kaltim Ridwan Suwidi (sekarang Bupati Paser).

"Saya berjuang keras bersama Pak Ridwan menuntut Kaltim diubah menjadi negara federal. Ya, semacam otonomi khusus.  Namun ini terhambat karena tak didukung secara politik dari Partai Golkar dan PDIP yang saat itu dapat perintah dari pusat. Karena dua partai besar menolak, akhirnya sulit untuk bargaining," ucapnya.

Dalam perjalanan politik di DPRD, yang menjadi prioritas dalam pembangunan terutama untuk program penyediaan air bersih, listrik, dan infrastruktur.

"Namun dalam proses tak sesederhana itu.  Banyak yang tak bisa tercapai," ucapnya.

Diakuinya, sampai 2009 ini, dalam pengambilan kebijakan di DPRD, tidak melibatkan partisipasi publik.

"Tidak ada transparansi dalam anggaran. Anggota DPRD-nya saja banyak yang tak tahu buku anggaran," sebutnya.

"Yang terjadi malah lobi-lobi setengah kamar," sambungnya.

Tak hanya itu, peran politik anggota DPRD terlikuidasi oleh orang partai yang punya jabatan.

"Dalam membahas anggaran pun pembahasan detail anggaran tidak dilakukan komisi," akunya.

Lantas apa enaknya menjadi anggota DPRD sehingga dirinya menjadi calon lagi? "Kalau saya, sih, kok malahnggak enak. Saya ini malah sudah tiga kali meminta untuk mundur, tapi tak dibolehkan partai," ucapnya.

Pertama, kata dia, pada 2003 ketika menjabat ketua tim pemenangan pemilu. Karena dirinya ingin konsentrasi untuk memenangkan pemilu, ia meminta untuk mundur dari DPRD.

"Tapi ditolak Pak Hidayat Nur Wahid (presiden PKS saat itu, Red.)," tuturnya.

Kemudian akhir Desember 2004, dirinya juga minta mundur karena serangan penyakit stroke selama tiga bulan. Tapi tetap ditolak partai.

"Terakhir saya minta untuk tak lagi dicalonkan dalam penyusunan caleg 2009 ini, tapi partai tetap menugaskan saya. Dan di PKS itu kalau sudah ditugaskan tak bisa menolak," tuturnya.

Bukankah jadi anggota DPRD itu gajinya besar? "Kalau mau cari materi, DPRD ini bukan tempat yang tepat. Malah lebih mapan teman-teman saya yang sekarang di Depkeu. Ini benar-benar pengabdian. Di sini justru banyak pengeluaran. Begitu naik jadi caleg (calon anggota legislatif, Red), semuanya mengeluarkan uang. Yang dihasilkan dengan yang dikeluarkan nanti memang ada selisih, tapi tak seberapa," katanya

Kesaksian Ikhwah

Kalau kita skrg sdg menikmati dakwah yg tumbuh subur di Kaltim. Ibarat hamparan kebun yg luas dengan pohon2  yg berbuah lebat  tumbuh subur dgn pohon yg kokoh dan rimbun, tahu kah kita kalau 24 tahun yg sebelumnya, kebun itu hanyalah tanah tandus dan gersang.. Lalu datanglah seorang Mujahid dakwah yg tangguh, yg penuh semangat tanpa kenal putus asa, pekerja keras tanpa kenal lelah, teguh, sabar dan sangat optimis, cita-cita dan kerja kerasnya menyatu dalam jihadnya…
Beliau-lah Sang Muassis yg menabur benih dakwah pertama kalinya diatas kebun gersang dan tandus di Kaltim ini, Beliau-lah yang dengan ulet dan penuh kesabaran,  cinta dan penuh kasih sayang merawat benih-benih dakwah itu dgn tangannya sendiri. Dengan ikhtiarnya sendiri. Dengan do’a nya sendiri. Hingga tumbuhlah benih-Benih itu menjadi pohon-pohon dakwah yg subur dan rindang. Berbuah lebat disepanjang tahun tanpa kenal musim. Buah-buahnya lalu menjadi benih-benih baru di tempat lain diseluruh bumi etam. Hingga pohon2 dakwah itu kini menjadi kebun dakwah yg luas.

Itulah kebun dakwah Kalimantan Timur yang lahir dari jihad sang Muassis tercinta. Ust. H. Nurhuda Trisula wallahu Yarhamuhu. Ya Allah. Jika jihad dan amal sholeh Beliau menghidupkan dan menegakkan dakwah di Kaltim ini Engkau terima di sisi-Mu ya Rabbi. Ust. Zaenal Haq (Sekretaris MPW PKS Kaltim)
...............
Selamat jalan saudaraku, Nurhuda. Perjuangan dakwahmu di bumi Kalimantan telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Saya menjadi saksi kesederhanaanmu, kesungguhanmu, keikhlasanmu, ketegaranmu, kecintaanmu yang tanpa batas kepada dakwah dan ikhwah. Ust. Cahyadi Takariawan


Artikel Terkait



Tags: ,

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com