Tema hari Rabu kemarin adalah "seharian bersama Pak Dubes & KBRI".
Acara diawali dengan kunjungan Ketua KMI, Pak Arifin ke penginapan rombongan di wisma KBRI pada pukul 7 pagi. Walaupun masih terkantuk2 karena baru tiba pada sekitar pukul 06.30 pagi waktu Korsel, namun oborolan terus mengalir tanpa terasa. Termasuk membicarakan berbagai persiapan format acara tabligh akbar yang diharapkan dihadiri oleh lebih banyak orang & peserta yang jauh lebih banyak pada hari Kamis ini.
Sekitar pukul 7.30 pagi, di tengah2 obrolsan santai tersebut, staf protokoler KBRI memberitahukan bahwa kami ditunggu di salah satu ruangan wisma oleh keluarga diplomat untuk sarapan pagi. Kami pun siap2 bergegas.. Tanpa disangka sedikitpun, menu yang disiapkan adalah NASI TUMPENG lengkap, WOW! Kebetulan pada waktu itu putranya yang sulung sdg berulang tahun.
Jadilah pagi itu semacam acara 'syukuran ultah' bersama, karena ada 4 orang yang yg kebetulan berulang hari Kelahiran : Wildhan (20 sept), Dik Doang (21 Sept), Kang Asep & Putra Sulung Mbak Dewi/staf diplomat (22 sept). Kita berdoa bersama dipimpin oleh ust Wijayanto. Doa dipanjatkan dengan khusyu. Ust mengajak hati kami semua bertamasya 'ke belakang', mengukur perjalanan yang tak terasa. Ah, masa lalu itu... Dan kami semua di sana sama2 berazam untuk menjejali sisa umur kami dengan amal salih, mengisi setiap sudutnya dengan kebaikan, sampai luber. Insya Allah.
Mas Dik Doang, pada kesempatan itu, berujar spontan : Aku suka bagaimana Dia mengekspresikan Cinta-Nya.. CInta-Nya tidak struktural.. Cinta yang abstrak dan penuh Kejutan.. Tadi malam aku sempet meneteskan air mata krn dapat kabar istri & anak2 lagi tumpengen & berdoa bersama di rumah untuk keselamatan suami dan ayah mereka... Aku pun berdoa... Dan pagi ini, di rumah ini, Allah SWT menghantarkan sendiri hidangannya di sini, bersama kita... Subhanallah.
"kejutan" selanjutnya datang, karena staf protokoler tiba2 memberitahukan kpd kami bahwa Bapak Atase Pertahanan & Kepala Urusan KEwarganegaraan KBRI mengajak kami berempat untuk makan siang. Tempatnya agak jauh, jadi j11 kami diminta untuk sudah bersiap2. Dan benar saja, 1/2 jam sebelum waktu yang ditentukan sopir KBRI sudah menjemput kami...
Ternyata, SEOUL macet parah... Sebagaimana lebaran di Indoensia, pada hari itu adalah hari puncak Lebaran Korea. Semua orang mudik. Jadilah kami sktr 6 jam 'berenang' di lautan mobil. Namun hebatnya, para pengguna jalan tetap sangat tertib. Selama 6 jam itu, hampir2 tidak kami dengar adanya bunyi klakson kendaraan. Tidak ada saling salip & potong jalan. Semua mobil bergerak lurus, sesuai jalurnya. Kami diberikan pemandangan yang mengasyikkan : Ratusan ribu mobil yang tampak sangat teratur, berbaris seperti shaf yang rapi hingga puluhan kilometer.. Lurus.. Tanpa bising.. Tanpa sumpah serapah. Dan hampir 100% kendaraan2 itu adalah buatan dalam negeri. Saya bergumam : WILDHAN, lihatlah itu.. Allah sekarang ingin berbicara kepadamu. Menyampaikan sesuatu dari kejadian ini... Sy bilang ke Mas Dik Doang & Ust WIjayanto, "Mas, Allah sedang ingin menyampaikan pesan sm kita nih skrg..". Mereka berdua hanya tersenyum... Apapun yg ada dalam pikiran beliau2 ini, tapi
sy sgt yakin kami bertiga bersepakat dengan point ini, ringkas saja : " Wildhan, INilah Alasan-Ku mengapa Korsel Aku biarkan tumbuh menjadi negara maju.. ".
Bisakah kita meyakinkan Allah dengan alasan yang sama di PKPU??
Salam Dari Korsel,
Wildhan Dewayana