Glory Road



jalanpanjang.web.id -Sore itu, sipir penjara memberikan pengumuman mengejutkan, mereka diperbolehkan shalat maghrib berjama’ah. Hal yang benar-benar mengejutkan, karena selama ini mereka dilarang shalat berjama’ah mskipun didalam sel.
Shalat maghrib berjama’ah akan dilakukan di halaman penjara militer. Wajah para Ikhwan terlihat bersemangat, sudah berbulan-bulan mereka tidak merasakan shalat berjama’ah, bahkan membaca Qur’anpun jika terdengar akan mendapat hukuman berat.
Mereka semua berbondong-bondong turun dari gedung penjara dan berkumpul di halaman penjara. Salah seorang Ikhwan lalu mengumandangkan adzan : Allahu Akbar..Allahu Akbar…mereka seperti tidak percaya dengan peristiwa ini, seolah seperti mimpi.
Paa Ikhwan meminta Akh Yusuf Qaradhawi untuk mengimami mereka, kemudian mereka tenggelam dalam kekhusyuan, ketenangan, ketundukan yang sulit dilupakan kenikmatannya. Ayat demi ayat Al Qur’an dibaca, begitu menyentuh dan menggetarkan dinding penjara yang bertingkat empat itu. Yusuf Qaradhawi dalam dua raka’at shalat Maghrib membaca seperempat akhir dari surat Ali Imran ayat 186 :
Kamu sunguh-sunguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Alloh, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.
Kemudian beliau melewati bacaan ayat yang mengadung do’a yang dilantunkan para ulul albab,di ayat 191:
(Yaitu) Orang-orng yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau diam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Ikhwan seperti tidak menginjak bumi, terbang diangkasa yang tinggi, isakan tangis mulai terdengar, Yusuf Qaradhawi terus membacakan ayat demi ayat akhir surat Ali Imran, sampai akhirnya ditutup dengan ayat “Yaa ayyuhalladzina amanush biru wa shobiru wa robitu wat taqullaha la’allakum tuflihuun”(wahai orang-orang beriman, bersabarlah dan lipat gandakanlah kesabaran kalian dan kuatkanlah ikatan kalian dan bertaqwalah pada Allah niscaya kalian menang).
Kemudian beliau mengucapkan salam diikuti para Ikhwan, dan airmata terlihat membasahi pipi para Ikhwan.
Subhanallah, bagaimana halaman penjara yang Selama ini menjadi medan penyiksaan luar biasa, yang selama ini menjadi tempat Ikhwan dihukum, yang menjadi tempat tangan dan kaki Ikhwan diikat dan disalib pada sebuh papan kayu melingkar untuk kemudian disiksa, dipukul bertubi-tubi, tempat yang menjadi lokasi di bakarnya mushaf Al Qur’an. Bagaimana kini tempat itu menjadi seperti masjid yang besar, yang bisa digunakan shalat bersejarah ini?
Sayangnya, shalat berjama’ah ini adalah yang pertama dan terakhir. Tampaknya para sipir penjara telah menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka, efek dari sholat berjama’ah ini yang semakin mengokohkan hati dan memperkuat tekad para Ikhwan.(Mudzakkirah Duktur Yusuf Qaradhawi, Hayati Ma’a Al Ikhwan Al Muslimun)
Sepenggal kisah diatas hanya satu dari banyaknya cerita yang mengubah sejarah, sebuah cerita orang-orang yang yakin akan kemenangan da’wah ini.
Saat-saat sekarang kita disinipun demikian, diuji kematangan kita dalam Tarbiyah, dimana kita tidak hanya diam dimasjid-masjid mendengarkan kajian namun hasilnya menjadi pribadi-pribadi yang sibuk menyalahkan. Perubahan ini bisa terjadi karena adanya mereka yang matang, yang berani mengamalkan idologi Islam ini dalam kehidupannya, sampai akhirnya memunculkan kesadaran akan adanya sebuah tanggung jawab. Keengganan dan kesungkanan kita untuk bersegera memenuhi ruang-ruang publik dan kelembagaan dengan dalih tidak mau tersentuh problematika lingkungan ataupun takut terwarnai akan memberi peluang orang-orang yang tidak amanah untuk mengelolanya yang sudah pasti akan menjerumuskan banyak orang, termasuk menghlangi tegaknya dakwah itu sendiri. As Syahid Sayyid Quthb pernah berkata “Bila Anda mengajak orang lain mengikuti prinsip anda, maka orang tidak akan percaya pada suatu prinsip yang tumbuh dalam pikiran beku dan nyali yang tidak menyala. Percayailah konsepmu, orang akan melihat bagaimana kamu mempertahankan prinsip dengan jiwa dan ragamu. Setelah itu barulah orng percaya, dan Insya Allah megikuti jejakmu. Jika tidak maka prinsip yang engkau kumandangkan hanyalah kata-kata muluk yag tidak hidup dan berjiwa. Ketakutan menghadapi resiko perjuangan merupakan cermin lemahnya keyakinan dan unsur kebaikan dalam dirimu”.
Di depan kita saat ini terhampar sebuah harapan akan kemenangan da’wah, lembaga kita sudah mulai dipercaya publik, dan sebentar lagi harapan-harapan baru itu akan muncul dikampus kita, manusia-manusia yang kelak menjadi tanggung jawab kita untuk menuntun mereka menjadi bagian dari unsur perubah masyarakat jahili.Ikhwah kesulitan disetiap medan beramal Insya Alloh justru akan memunculkan gerak dan aktivitas, demikian pula sebaliknya ketakutan untuk menghadapi kesulitan hanya akan menjadikan amal menjadi lemah dan stagnan, seperti apa yang disampaikan Imam Hasan Al Banna “karakter pejuang da’wah adalah orang-orang yang tidak tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar rahangnya dan menunaikan dalam sendau gurau permainan yang sia-sia. Jika itu yang terjadi, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang atau orang-orang yang tercatat sebagai barisan mujahidin”. Tecatat dimanakah kita? Dan sebagai penutup renungkanlah Firman Alloh SWT dalam QS. Al Ahzab 23 ; Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada yang masih menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah janjinya”

Artikel Terkait



Tags:

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com