jalanpanjang.web.id - Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash,
ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Bacalah Al-Qur’an dan
khatamkan dalam sebulan.”
Aku berkata, ”Aku masih kuat untuk lebih cepat.”
Beliau bersabda, ”Bacalah dan khatamkan dalam sepuluh hari.”
Aku berkata lagi, “Tetapi aku masih kuat untuk membaca lebih cepat.”
Beliau bersabda, “Bacalah dan khatamkan dalam tujuh hari dan jangan lebih cepat dari itu.”
Pada
riwayat lain (dari hadits riwayat Abu Daud) disebutkan ketika Abdullah
bin Amru berkata, “Sesungguhnya aku bisa lebih kuat dari itu” maka
Rasulullah Saw bersabda, “Bacalah olehmu pada tiga hari”…
Dialog antara Abdullah bin Amru bin ‘ash dengan Rasulullah Saw diatas bisa kita ambil beberapa pelajaran tarbawi, diantaranya:
1.
Rasulullah Saw mengajarkan Abdullah bin Amru bin ‘Ash untuk khatam
Al-Qur’an 1 bulan sekali. Jika ingin lebih cepat, tidak kurang dari 3
hari.
2. Adanya suasana berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala yang melimpah ruah melalui ibadah tilawah Al-Qur’an.
3. Abdullah bin Amru bin Ash memilih ‘azimah bukan rukhshah.
4. Dialog diatas menunjukkan antusias sahabat dalam interaksi dengan Al-Qur’an.
5. Lingkungan Qur’ani memotivasi seseorang untuk berkompetisi dalam ibadah.
Membaca Al-Qur’an secara berkesinambungan dan terus menerus merupakan bukti keimanan terhadap Al-Qur’an. Allah berfirman:
“Orang-orang
yang telah kami berikan kepada mereka Al-Kitab, mereka membacanya
dengan sebaik-baik bacaan. Merekalah orang-orang yang beriman
kepadanya. Maka barangsiapa yang berpaling maka merekalah orang yang
merugi.( Q.S.2.121)
Ikhwah fillah. Mari kita renungkan ungkapan Imam Syahid Hasan al-Banna tentang kewajiban seorang “al-akh”:
Usahakan
agar anda memiliki wirid harian yang diambil dari kitabullah minimal
satu juz/hari dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih
dari sebulan dan jangan kurang dari tiga hari.
Al-Qur’an bekal utama tarbiyah
Keislaman
kita hendaknya mampu membentuk komitmen dalam tilawah, lebih dari
sekedar membaca, melainkan memahami, mentadabburi,menghafal,
mendakwahkan dan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menjaga intensitas ta’abbud kepada Allah sehingga menjadi sebuah proses
pembekalan yang berkesinambungan. Bagaimana jika proses perbekalan
(tazwid) ini tertinggal selama sepekan, dua pekan, atau bahkan lebih?
Tarbiyah
adalah proses perjalanan madal hayah (sepanjang masa). Membina diri
dengan Al-Qur-an dan berbekal dengannya adalah suatu keniscayaan,
karena sumber kebenaran itu ada pada Al-Qur-an. Apalagi jika kita
berkomitmen untuk menegakkan islam di bumi Allah ini, maka hendaknya
kita menjadi batu-bata yang kokoh dalam bangunan islam dengan tilawah
Al-Qur’an.
Jika tarbiyah qur`aniyah kita telah matang, kita pasti
akan dapat merasakan bahwa sentuhan tarbawi surat Al-Baqarah berbeda
dengan Ali-Imran. Begitu pula dengan surat-surat yang lainnya. Boleh
jadi ketika seseorang sedang membaca surat An-Nisa, ia merindukan surat
Al-Ma`idah. Itulah suasana tarbiyah yang belum kita rasakan dan harus
dengan serius kita bangun dalam diri kita. Sungguh, Al Qur-an adalah
sarana tarbiyah terbaik bagi diri dan kehidupan kita, sarana membina
diri, karena di dalamnya ketika lembar demi lembar kita buka dan kita
baca sekaligus kita maknai, maka kita akan merasakan suatu keunikan
tersendiri dari Al Qur-an.
Bayangkan dengan diri kita yang sering
menganggap tilawah satu juz itu sebagai sesuatu yang maksimal ! Maka
tugas yang sangat minimal inipun sangat sering terkurangi, bahkan tidak
teramalkan dengan baik. Bagaimana mungkin kita dapat mengulang
kesuksesan para sahabat dalam membangun Islam ini, jika kita tidak
melakukan apa yang telah mereka lakukan (walaupun kita sadar bahwa
ibadah satu juz ini bukan satu-satunya usaha di dalam berdakwah) ?
Sebutlah
Utsman Ibn Affan, Abdullah Ibn Amr Ibn Ash, Abu Hanifah dan Imam
Asy-Syafi’i Radiyallahu Anhum. Mereka adalah contoh orang-orang yang
terbiasa menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam waktu tiga hari sampai
satu pekan. Karena bagi mereka khatam sebulan terlalu lama untuk
bertemu dengan ayat-ayat Allah.
Mengapa 1 juz perhari
1. Menyikapi apa yang disabdakan Rasulullah saw, “Bacalah Al Qur-an dalam satu bulan!”
2. Tilawah satu juz perhari merupakan mentalitas `ubudiyah, disiplin, dan akan menambah tsaqofah
3.
Jika seseorang rutin setiap bulan khatam, berarti hanya sekali dalam
sebulan ia bertemu dengan surat Al-Baqarah. Dapat kita bayangkan
seandainya kita berlama-lama dalam mengkhatamkan Al-Qur’an, berarti kita
akan sangat jarang bertemu dengan setiap surat dari Al-Qur’an.
Faktor-faktor tidak mampu khatam Al-Qur’an
1. Mengalokasikan waktu untuk baca koran, akses internet, nonton tv tetapi untuk tilawah Al-Qur’an hanya waktu yang tersisa.
2.
Perasaan menganggap sepele apabila sehari tidak membaca Al-Qur’an,
sehingga berdampak tidak ada keinginan untuk segera kembali kepada
Al-Qur’an.
3. Lemahnya pemahaman mengenai keutamaan membaca
Al-Qur’an sehingga tidak termotivasi untuk mujahadah dalam istiqomah
membaca Al-Qur’an.
4. Tidak memiliki waktu wajib bersama Al-Qur’an
dan tidak terbiasa membaca Al-Qur’an sesempatnya, sehingga ketika
merasa tidak sempat ditinggalkannyalah Al-Qur’an.
5. Lemahnya
keinginan untuk memiliki kemampuan ibadah ini, sehingga tidak pernah
memohon kepada Allah agar dimudahkan tilawah Al-Qur’an setiap hari.
Materi do’a hanya berputar-putar pada kebutuhan keduniaan saja.
6.
Terbawa oleh lingkungan di sekelilingnya yang tidak memiliki perhatian
terhadap ibadah Al-Qur’an ini. Rasulullah bersabda, “Kualitas dien
seseorang sangat tergantung pada teman akrabnya.”
7. Tidak
tertarik dengan majlis-majlis yang menghidupkan Al-Qur’an. Padahal
menghidupkan majelis-majelis Al-Qur’an adalah cara yang
direkomendasikan Rasulullah Saw agar orang beriman memiliki gairah
berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Kiat mujahadah dalam tilawah satu Juz
1.
Berusahalah melancarkan tilawah jika anda termasuk orang yang belum
lancar bertilawah, karena ukuran normal tilawah satu juz adalah 30 – 40
menit. Kita dapat membangun kemauan untuk 40 menit bersama Allah,
sementara kita sudah terbiasa 40 menit atau lebih bersama televisi,
ngobrol dengan teman dan akses internet.
2. Aturlah dalam satu
halaqah, kesepakatan bersama menciptakan komitmen ibadah satu juz ini.
Misalnya, bagi anggota halaqah yang selama sepekan kurang dari tujuh
juz, maka saat bubar halaqah ia tidak boleh pulang kecuali telah
menyelesaikan sisa juz yang belum terbaca.
3. Lakukanlah qadha
tilawah setiap kali program ini tidak berjalan. Misalnya, carilah
tempat-tempat yang kondusif untuk konsentrasi bertilawah. Misalnya di
masjid atau tempat yang bagi diri kita asing. Kondisi ini akan
menjadikan kita lebih sejenak untuk hidup dengan diri sendiri membangun
tarbiyyah qur’aniyyah di dalam diri kita.
4. Sering-seringlah
mengadukan keinginan untuk dapat bertilawah satu juz sehari ini kepada
Allah yang memiliki Al-Qur’an ini. Pengaduan kita kepada Allah yang
sering, insya Allah menunjukkan kesungguhan kita dalam melaksanakan
ibadah ini. Disinilah akan datang pertolongan Allah yang akan
memudahkan pelaksanaan ibadah ini.
5. Perbanyaklah amal saleh,
karena setiap amal saleh akan melahirkan energi baru untuk amal saleh
berikutnya. Sebagaimana satu maksiat akan menghasilkan maksiat yang
lain jika kita tidak segera bertaubat kepada Allah.
Kesibukan dan Alokasi Waktu Membaca
Diantara
kendala utama yang sering dijadikan alasan tidak mampu mengkhatamkan
Al-Qur’an adalah alasan sibuk. Beberapa kegagalan utama biasanya karena
tidak adanya kedisiplinan dalam membaca. Bagimanapun juga, alokasi
waktu untuk membaca Al-Qur’an harus direncanakan dalam setiap harian
kita. Beberapa cara agar kita dapat disiplin dalam mengalokasikan
waktu:
1. Melatih diri dengan bertahap untuk misalnya
dapat tilawah satu juz dalam satu hari. Caranya, misalnya untuk sekali
membaca (tanpa berhenti) ditargetkan setengah juz, baik pada waktu pagi
ataupun petang hari. Jika sudah dapat memenuhi target, diupayakan
ditingkatkan lagi menjadi satu juz untuk sekali membaca.
2.
Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat
diganggu gugat (kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat
penting). Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen
membacanya setiap hari. Waktu yang terbaik adalah pada malam hari dan
ba’da subuh.
3. Menikmati bacaan yang sedang dilantunkan oleh
lisan kita. Lebih baik lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang
stabil, yang meringankan lisan kita untuk melantunkannya. Kondisi
seperti ini membantu menghilangkan kejenuhan ketika membacanya.
4.
Memberikan iqab (hukuman) secara pribadi, jika tidak dapat memenuhi
target membaca Al-Qur’an. Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal
surat tertentu, dan lain sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi
pribadi kita.
5. Memberikan motivasi dalam lingkungan keluarga
jika ada salah seorang anggota keluarganya yang mengkhatamkan
Al-Qur’an, dengan bertasyakuran atau dengan memberikan ucapan selamat
dan hadiah.
Ya Allah, rahmatilah kami dengan Al-Qur’an,
jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya,petunjuk dan rahmat bagi kami.
Ya Allah, ingatkanlah apa yg kami lupa dari padanya, berikanlah kami
ilmu apa yg belum kami ketahui mengenainya, anugerahkanlah kepada kami
untuk membacanya di tengah malam dan penghujung siang, jadikanlah ia
sebagai hujjah bagi kami wahai Tuhan sekalian alam. Aamiin..
Ust. Salman Syarifudin, MA (al hafidz)