Ba’da Shubuh kemaren, 21 Mei 2011, suami saya memperlihatkan sebuah SMS pada saya tanpa berkata apapun, Saya membacanya. Lemas badan ini, tak percaya. Tertulis di dalamnya informasi bahwa Ustadzah Yoyoh Yusroh telah wafat dalam kecelakaan di Cirebon. Inna lillahi wainna ilaihi raji’uun. Subhanallah, sepanjang hari itu dari ba’da shubuh sampai menjelang tidur, tak hentinya saya memperbincangkan keutamaan beliau. Ketika ta’ziyah ke rumahnya di Kalibata pun, dengan beberapa teman sempat memperbincangkan pesan-pesan beliau.
Beberapa tahun yang lalu, alhamdulillah, sebagai bagian dari tugas staf media Bidang Kewanitaan DPP PKS 2005 – 2010, saya sempat mewawancarai beliau dan menuangkan hasilnya dalam sebuah tulisan tentang pengalaman dan perjuangan beliau sebagai anggota DPR RI. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi sebuah inspirasi dan motivasi kita semua untuk menjadi insan yang lebih baik, yang selalu beramal sholih, dan bersemangat menyambut ajakan kebaikan. Selamat jalan Ummi Umar, Allahummaghfir laha warhamha wa ‘aafiha wa’fu ‘anha, wa akrim nuzulaha wawassi’ madkhalaha waghsilhu bil maai wats tsalji wal barad, wanaqqiha minal khathayaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danas, wa abdilhu daaran khairan min daariha, wa ahlan khairan min ahliha, wazaujan khairon min zaujiha, waadkhilhal jannah, wa a ‘idha min ‘adzaabil qabri wamin ‘adzaabin naar.
Aktivitasnya di DPR begitu padat dan berarti. Tetapi, di tengah keberagaman acara yang digelutinya, beliau masih menyempatkan diri memberikan perhatian yang begitu besar pada perjuangan para perempuan dan anak-anak di Palestina melalui sebuah Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP). Bukan itu saja, beliau pun kerap menjadi narasumber berbagai seminar tentang perempuan dan anak di dalam dan luar negeri.
Selama menjalani tugas legislasi di Gedung Bundar, Senayan, pembahasan tentang RUU pornografi dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah dua hal terberat yang dirasakan oleh Ustadzah Yoyoh. Betapa tidak, RUU pornografi itu mendapatkan reaksi yang luar biasa keras dari pihak yang tidak menyetujuinya. Padahal, kata lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah ini, RUU pornografi dibuat untuk melindungi remaja dan keluarga dari bahaya pornografi dan pornoaksi yang meluas dan berdampak sosial yang sangat tinggi, bukan untuk eksistensi agama tertentu.
Ketika datang ke Bali, misalnya, penerima penghargaan Mubalighah Nasional dari Departemen Agama RI ini mendapatkan sambutan tidak menyenangkan dari pihak yang kontra terhadap RUU itu. Baru saja rombongan Ustadzah Yoyoh sampai di Bandara Ngurah Rai, Wakapolda Provinsi Bali meminta beliau dan rombongan kembali ke Jakarta karena aparat keamanan tidak bisa mencegah kerumunan orang yang tidak setuju dengan RUU tersebut. Tetapi, Ustadzah Yoyoh dan rombongan tetap bertahan. Apapun yang terjadi, risiko akan diterimanya. ”Saya tetap pada tujuan awal, masuk Denpasar, dan teman-teman mengaminkankannya”, jelas Ustadzah Yoyoh. Aparat Polisi kemudian berjalan mendahuluinya 20 menit, karena demo sudah ada di mana mana. Hampir seluruh jalan ada spanduk dan baliho bertuliskan, ”Kami tolak pornografi!”. ”Saya masuk gedung, berhadapan dengan Gubernur, LSM, lembaga keagamaan, mereka menolak semua, kecuali MUI”, ujar mantan ketua departemen kewanitaan PKS itu.
Namun Alhamdulillah, saat itu banyak teman-teman Ustadzah Yoyoh yang memberikannya semangat melalui SMS,”Saya jadi dihibur banyak orang, sehingga saya tenang saja”, katanya lagi sambil tersenyum. Setelah selesai acara, Ustadzah Yoyoh, sebagai wakil pimpinan Pansus, diwawancarai berbagai media. Bahkan, beliau pun diminta orasi di hadapan massa yang menolak RUU pornografi tersebut. Namun, seorang profesor dari Golkar yang termasuk dalam rombongannya memintanya untuk masuk ke dalam bus. Permintaan orasi akhirnya dipenuhi oleh profesor tersebut. Dalam perjalanan dengan bus itu, Ustadzah Yoyoh melihat para demonstran menampilkan tari tarian erotis, bahkan di antara mereka ada yang hanya mengenakan pakaian dalam saja.
Selain itu, Ustadzah Yoyoh pun selama pembahasan RUU pornografi itu harus berhati-hati mengeluarkan pernyataan ketika diwawancarai media. Karena seringkali apa yang beliau nyatakan tidak sama dengan yang tertulis di media. Apalagi, kelompok yang kontra terhadap RUU ini memiliki jaringan media yang luas. Sehingga, berita dan opini yang muncul di media seringkali berita kontroversial. Menanggapi kabar bahwa pembahasan RUU Pornografi itu deadlock karena banyaknya pihak yang kontra, Ustadzah Yoyoh membantahnya.
Dalam penyusunan RUU KDRT, perjuangan istri dari Psikolog, Budi Dharmawan pun tak kalah ”seru” nya. Beliau memaparkan ketika di saat-saat genting pembahasan RUU KDRT ini, beliau tidak bisa meninggalkan ruang rapat, walau hanya sebentar, pun untuk ke toilet. ”Sebentar saja waktu terlewat, kalimat-kalimat yang diperjuangkannya bisa saja terhapus”, katanya memberikan gambaran suasana saat itu.
Dalam RUU KDRT ini, Ustadzah Yoyoh dan beberapa teman di Pansus RUU ini memberikan banyak masukan. Di antaranya, beliau menentang keras memasukkan masalah rumah tangga dalam delik umum. ”Itu delik khusus, delik aduan”, katanya tegas. Karena jika menjadi delik umum, siapa saja yang mendengar, melihat, dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga, bisa langsung lapor ke polisi. Padahal, jika perselisihan dalam rumah tangga itu belum terlalu parah, namun sudah ditangani polisi atau pengacara, maka bisa jadi masing-masing pihak akan gengsi untuk mempertahankan keinginannya. Akibatnya, sulit untuk berdamai kembali. Ustadzah Yoyoh berprinsip konflik rumah tangga harus diselesaikan di tingkat keluarga dahulu. Alhamdulillah, dengan segala kegigihan Ustadzah Yoyoh dan teman teman, RUU KDRT bisa disahkan. Hal hal yang kontroversial dan melanggar nilai nilai agama seperti mengakomodasi pernikahan para lesbian dan homo sebagai sebuah keluarga yang sah, pun dapat dihilangkan.
Sementara itu, terkait dengan tugas budgeting, Ustadzah Yoyoh juga dikenal sebagai sosok yang penuh perjuangan. Beliau berhasil mengupayakan agar lembaga-lembaga strategis, seperti lembaga yang bergerak di bidang pembinaan umat dan peningkataan kualitas anak bangsa harus mendapatkan anggaran yang layak dari pemerintah. Oleh karena itu, anggaran untuk pesantren yang tadinya kurang mendapatkan perhatian pemerintah, alhamdulilah bisa dinaikkan. ”Baru kali ini pesantren mendapatkan anggaran”, ujarnya. Bahkan Ustadzah Yoyoh dan teman-teman pun fight dengan Departemen Pendidikan yang membuat surat edarah ke pemda untuk tidak membantu Departemen Agama, karena dianggap sebagai departemen vertikal yang tidak punya dinas di daerah. ”Kita membantu masalah ini sampai surat edaran itu dicabut”, tegasnya lagi. Alhamdulillah untuk saat ini, Kantor Departemen Agama di kabupaten kota berhak untuk mendapatkan anggaran APBD, karena surat edaran menteri telah dicabut pada tanggal 1 Januari 2006. Namun sayang, kata Ustadzah Yoyoh lagi, sosialisasi kurang merata. Oleh karena itu, ketika berkunjung ke daerah, Ustadzah Yoyoh pun turut mensosialisasikan masalah ini, sehingga hak-hak madrasah dan pesantren untuk mendapatkan anggaran dapat ditunaikan.
Tak sampai di situ saja, program-program Departemen Sosial yang strategis, seperti program keluarga harapan, pemberdayaan kaum miskin, juga menjadi perhatian yang diperjuangkan oleh Ustadzah Yoyoh untuk mendapatkan peningkatan dana. Namun beliau menekankan, ”Jika ada satu lembaga sosial yang kita berikan anggaran maksimal, tetapi dia tidak optimal (menggunakannya), maka kita tidak menerima usulan anggaran mereka (lagi)”.
Mengusung nilai nilai yang hanif di parlemen memang tidak ringan. Apalagi ketika melihat KKN dengan mata kepala sendiri. Pernah suatu saat ketika melakukan kunjungan ke daerah, Ustadzah Yoyoh meminta data kemiskinan. Namun, ketika data yang disodorkan itu diperiksanya, beliau merasa aneh. Pasalnya, semua angka kemiskinan di setiap kota dan kabupaten sama. Ketika Ustadzah Yoyoh menanyakan kepada birokrat setempat, dengan ringannya mereka mengatakan,. ”Maaf bu, kami hanya copy paste aja, karena kedatangan ibu mendadak”. Data-data fiktif, ungkap mantan guru agama ini lagi, memang seringkali dilakukan birokrat di daerah. Jika ada bantuan untuk orang miskin, jumlahnya tiba-tiba bisa membengkak dua kali lipat. Untuk bantuan sekolah pun, aku Ustadzah Yoyoh, sering dilakukan hal semacam itu. ”Karenanya, kalau kita tidak jeli, berapa banyak dana DPR yang menguap?”, kata Ustadzah Yoyoh mempertanyakan dengan geram. Dari seluruh dana APBD yang dianggarkan, kata Ustadzah Yoyoh lagi, hanya 36% yang terserap di masyarakat, 64% menguap entah ke mana. Ironis. Oleh karena itu, ketika ke datang ke suatu daerah, Ustadzah Yoyoh pernah mengatakan, ”Saya ini bukan orang-orang lama, yang kalau ke daerah hanya ingin mendapatkan SPJ, tapi kami ingin betul-betul melakukan pengawasan”.
Keberadaan seorang perempuan sebagai anggota legislatif bagi Ustadzah Yoyoh sangat penting. Walaupun perempuan dan laki laki bisa berpikir secara makro, akan tetapi menurutnya, dalam hal-hal mikro perempuan lebih sensitif dan jeli. Dalam hal pemberian bantuan sosial untuk korban bencana, misalnya, kaum pria jarang yang terpikirkan bahwa korban bencana juga membutuhkan pembalut selama nifas dan menstruasi. Selain itu, perempuan biasanya selalu memperhatikan pula kebutuhan bayi dan anak-anak.
Ustadzah Yoyoh berprinsip apapun tugas yang dilakukan seorang perempuan, apakah di dalam maupun di luar rumah, termasuk amanah di parlemen, harus dibingkai dalam rangka ibadah dan dakwah, ”Dan yakinlah bahwa kita tidak sendirian”, katanya memberikan semangat. Walaupun terkadang dukungan dari teman-teman di partai kurang, menurut Ustadzah Yoyoh, kita harus memahami bahwa teman-teman di partai juga memiliki pekerjaan yang banyak. Selain itu, mencari dukungan dari keluarga pun harus dilakukan. Karena aktivitas perjuangan di DPR memang sangat menyita waktu. Bayangkan saja, rapat-rapat tak jarang yang berlangsung hingga tengah malam. Dua hal utama lain yang juga harus dipersiapkan, saran Ustadzah Yoyoh, adalah meningkatkan kapasitas intelektual dengan banyak membaca dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebagai politikus yang sibuk, Ustadzah Yoyoh punya cara unik memberikan hiburan pada dirinya sendirinya. ”Hiburan saya itu kalau udah di majelis taklim, tabligh yang ibu-ibunya mudah sekali diberikan arahan”, katanya ringan. Dengan alasan inilah, maka Ustadzah Yoyoh melakukan open house di rumahnya. Setiap hari selasa, kader-kader PKS dari beberapa DPC di Jabodetabek datang berkunjung ke rumahnya
.
Ustadzah Yoyoh memang pribadi yang telah menjadi panutan kader perempuan PKS sejak sebelum menjadi anggota DPR. Manajemen keluarga yang beliau jalankan bersama sang suami memang jitu. Karenanya tak heran, beliau bisa mengajak keluarganya ”masuk” ke dalam aktivitas perjuangannya. Bahkan, sebelum menjadi anggota DPR beliau pernah meninggalkan keluarganya selama 2 bulan untuk dakwah keliling Eropa sekaligus berhaji. Toleransi dan pemahaman suami serta anak-anaknya terhadap dakwah memang sangat mendukungnya dalam kepadatan aktivitas perjuangannya. Subhanallah
(Diungkapkan Nurul Astuti pada dakwatuna.com)