Kepedulian Sejati Vs Etalase Kepedulian



Hari ini, di tengah gerimis abu vulkanik yang secara perlahan turun memutihkan bumi. Di tengah kepungan rasa dingin cuaca sekitar kali gendol di lereng merapi. Tampak beragam wajah yang hilir mudik datang dan pergi di lokasi-lokasi pengungsian korban merapi.

Ada wajah-wajah yang tulus, bermuka bersih dan bertampang halus mendatangi posko pengungsi, memberikan apa yang mereka miliki dengan harapan bisa mengurangi beban para korban di sekitar lereng merapi.

Ada juga wajah-wajah tak bersahabat yang datang ke barak pengungsi. Tak sedap di pandang karena dari mulutnya terdengar begitu banyak basa-basi. Mereka datang dengan branding diri, atau lembaga dan organisasi yang berlomba menutupi space jalanan dan lahan kosong yang ada. Tak peduli bantuannya apa, tak peduli barangnya berguna atau tidak serta tak peduli kalau sesungguhnya para pengungsi sebenarnya menyimpan sakit hati. Dijadikan obyek foto berkali-kali, tanpa kompensasi, tanpa jelas diberikan bantuan berarti. Nasib orang kecil ternyata tetaplah sama. Di kondisi normal jadi korban tengkulak dan lintah darat, pun di kondisi tercabik-cabik bencana seperti saat ini di merapi. Masih saja diperlakukan tak adil dan tak manusiawi.

Indonesia; Negeri Seribu Bencana

Negeri ini, negeri indah bak permata. Begitu luas keindahannya sehingga berjuluk jamrud khatulistiwa. Namun ternyata, saat yang sama, bencana pun datang bertubi-tubi menimpa negeri ini. Dari aceh hingga papua bencana seakan merangkaikan nusantara.

Hari-hari bencana seakan tanpa jeda terjadi menimpa anak bangsa. Dari mulai banjir, tanah longsor, gempa, tsunami hingga kebakaran seakan berlomba menimpa terjadi Masih saja terdapat orang-orang narsis yang memajang diri, lembaga atau organisasi mereka secara mencolok ditengah-tengah para korban bencana. Bila proporsional sich...tidak ada masalah. Namun, posko-posko yang ada kali ini di merapi, lagi-lagi sebagian terlihat laksana parade kepedulian yang berubah menjadi etalase kepedulian.

Hari-hari di merapi...lagi-lagi kita bisa dengan telanjang menyaksikan  posko-posko berbranding mewah...ramai atribut...tapi tanpa apa-apa, tanpa siapa-siapa. Lalu untuk apa punya posko kalau hanya sekedar nampang tokh.....

Depan Barak Pengungsi Umbulharjo (sebuah barak pengungsian yang mulai ditinggalkan karena alasan keselamatan)

Nana Sudiana

Artikel Terkait



Tags:

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com