Kamu haruslah seorang pemberani kalau kamu mau menjadi pecinta sejati. Orang-orang yang kamu cintai harus merasa aman saat berada di dekatmu. Rasa aman adalah aroma kepribadian para pecinta pemberani.
Kalau kita sudah memberi perhatian mendalam, melakukan kerja-kerja penumbuhan, merawat cinta kasih dengan siraman kebajikan harian, hal terakhir yang harus kita persembahkan kepada orang yang kita cintai adalah melindunginya: melindungi jiwanya, raganya, masa depannya serta proses penumbuhannya.
Tapi perlindungan bukan penjara bagi sang kekasih. Orang yang kita cintai tidak boleh merasa bahwa perlindungan adalah cara kita untuk mempertahankan "kekuasaan" dan "kepemilikan" atas dirinya. Perlindungan adalah langkah-langkah proteksi yang bersifat antisipatif untuk memastikan bahwa orang yang kita cintai menjalani kehidupannya secara aman, baik fisik maupun psikis, dan bahwa proses penumbuhannya berjalan baik tanpa gangguan berarti yang bisa menggagalkannya. Yang terakhir ini misalnya, gangguan lingkungan pergaulan dan kultur yang bisa merusak nilai-nilai yang kita tanamkan untuk menumbuhkan orang yang kita cintai. Jadi perlindungannya bersifat menyeluruh: fisik, psikis dan moral bahkan finansial.
Semua bentuk perlindungan itu hanya mungkin dilakukan para pecinta pemberani. Keberanian mereka juga menyeluruh: keberanian moral dan keberanian fisik. Orang-orang yang kita cintai harus menikmati sebuah perasaan yang kuat saat berada di sekitar kita; bahwa mereka bebas dari rasa takut, sekaligus gembira karena kepercayaan yang kuat bahwa jauh di luar dirinya ada kekuatan cinta yang bekerja secara diam-diam dan penuh keberanian untuk melindungi proses penumbuhannya.
Dalam banyak situasi, proses perlindungan itu mengharuskan kita berkorban apa saja, termasuk jiwa. Dalam makna pengorbanan yang tulus itulah cinta menemukan kesejatiannya. Dan keindahannya, sekaligus. Apakah ada riwayat percintaan dalam sejarah manusia yang menggugah nurani kita selain karena ia dipenuhi tetesan keringat, air mata dan darah, tanpa akhir? Pengorbanan dalam sejarah cinta seperti pelangi yang menghiasi langit kehidupan. Atau seperti tetesan darah yang akan menjadi saksi bagi para syuhada di hadapan Allah: saksi atas cinta dan rindu yang tak pernah selesai.
Itu sebabnya cinta sejati selalu melahirkan sifat-sifat ksatria, keterhomatan, kedermawanan, kesetiaan dan pengorbanan. Karena sifat-sifat itulah yang memberi kekuatan pada cinta, dan membuatnya penuh daya gugah. Sifat-sifat itu semua mengalir dari satu mata air: kecemburuan. Kecemburuan adalah semangat pembelaan yang lahir dari cinta sejati. Ia hanya menjadi negatif ketika ia lahir dari semangat menguasai dan memiliki.
Dalam makna pembelaan itulah Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mati karena membela harta dan keluarganya maka ia mati syahid."
Oleh Ust. M. Anis Matta, Lc