jalanpanjang.web.id - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjanji akan mengumumkan nama-nama menteri baru sebelum 20 Oktober mendatang. Namun, mengenai kader partai mana yang akan terdepak dari kursi menteri, hingga kini masih menjadi teka teki.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), adalah partai mitra koalisi yang selama ini santer disebut-sebut akan dikurangi jatah kursinya di kabinet. Hal ini tentu sebagai sanksi atas manuver-manuver yang dianggap berpotensi merusak keharmonisan Sekretariat Gabungan parpol pendukung pemerintah.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), adalah partai mitra koalisi yang selama ini santer disebut-sebut akan dikurangi jatah kursinya di kabinet. Hal ini tentu sebagai sanksi atas manuver-manuver yang dianggap berpotensi merusak keharmonisan Sekretariat Gabungan parpol pendukung pemerintah.
Dalam kenyataannya, menurut pengamat Politik Universitas Indonesia Kamarudin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan memikirkan secara matang untuk mendepak kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari kursi menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II.
Selain sebagai partai politik yang menjadi mitra SBY sejak awal, PKS merupakan representasi partai politik Islam yang juga harus menjadi pertimbangan SBY. Selanjutnya menurut Kamarudin, Logis dan wajar jika PKS marah dan mengancam hengkang dari koalisi jika Presiden benar-benar mencopot salah satu menteri dari partai ini, "Dibandingkan dengan Golkar, PKS ini kan termasuk yang berdarah-darah dalam artian sejak awal mendukung SBY. Kalau Golkar kan punya calon sendiri waktu itu, jadi saya kira dapat dipahami jika PKS merasa terganggu jika kursinya dikurangi,Terlebih, tambahnya, menurut evaluasi internal PKS, kadernya yang duduk sebagai menteri menunjukkan kinerja yang baik dan berada dalam jalur yang benar. Ini tentunya akan menjadi pertanyaan tersendiri bagi PKS kepada SBY " kata dia saat berbincang dengan okezone, Minggu (16/10/2011).
Selain sebagai partai politik yang menjadi mitra SBY sejak awal, PKS merupakan representasi partai politik Islam yang juga harus menjadi pertimbangan SBY. Selanjutnya menurut Kamarudin, Logis dan wajar jika PKS marah dan mengancam hengkang dari koalisi jika Presiden benar-benar mencopot salah satu menteri dari partai ini, "Dibandingkan dengan Golkar, PKS ini kan termasuk yang berdarah-darah dalam artian sejak awal mendukung SBY. Kalau Golkar kan punya calon sendiri waktu itu, jadi saya kira dapat dipahami jika PKS merasa terganggu jika kursinya dikurangi,Terlebih, tambahnya, menurut evaluasi internal PKS, kadernya yang duduk sebagai menteri menunjukkan kinerja yang baik dan berada dalam jalur yang benar. Ini tentunya akan menjadi pertanyaan tersendiri bagi PKS kepada SBY " kata dia saat berbincang dengan okezone, Minggu (16/10/2011).
Menjadi hal yang bisa dimaklumi jika menilai kinerja menteri berdasarkan parameter yang jelas. "Saya kira itu salah satu faktor. Teman-teman PKS itu sampai bereaksi hingga menggelar Rapimnas," cetusnya. Selain itu, menurut Kamarudin, PKS memiliki kader yang militan. Terlepas dari "ancaman" yang akhir-akhir ini dikeluarkan kader partai berlambang bulan sabit kembar ini, dia meyakini akan terjadi kegoncangan politik jika sampai SBY melepas menteri dari kader PKS.
"Saya melihat akan ada persoalan jika menteri PKS dikeluarkan dari Kabinet," ujarnya.
Kendati serangan bertubi-tubi dilancarkan kader PKS belakangan ini, Kamarudin menilai, hal itu bukanlah sebuah ketakutan PKS terhadap reshuffle. Dia meyakini, PKS akan tetap bertahan meski kadernya terkena dampak reshuffle.
"Ini (PKS) partai yang sudah biasa boleh dikatakan gerilya di bawah tanah, mereka bisa survive berada di bawah tekanan orde baru, kemudian mereka bisa aktif di era reformasi kalau toh empat kursi hilang bukan persoalan dunia sudah kiamat," jelasnya. (okezone.com,foto:tribunnews)
"Saya melihat akan ada persoalan jika menteri PKS dikeluarkan dari Kabinet," ujarnya.
Kendati serangan bertubi-tubi dilancarkan kader PKS belakangan ini, Kamarudin menilai, hal itu bukanlah sebuah ketakutan PKS terhadap reshuffle. Dia meyakini, PKS akan tetap bertahan meski kadernya terkena dampak reshuffle.
"Ini (PKS) partai yang sudah biasa boleh dikatakan gerilya di bawah tanah, mereka bisa survive berada di bawah tekanan orde baru, kemudian mereka bisa aktif di era reformasi kalau toh empat kursi hilang bukan persoalan dunia sudah kiamat," jelasnya. (okezone.com,foto:tribunnews)