Kader Militan di Daerah



Pernahkah kita berpikir betapa mudahnya kita menjalani dakwah ini di sini? Ya, di Jakarta semua fasilitas dakwah tersedia, dan jalur transportasinya pun mudah meski seringkali kita harus menghadapi kemacetan yang luar biasa di perjalanan. Selain itu, sebagian besar objek dakwah kita pun merupakan orang- orang berpendidikan yang lebih mudah untuk di ajak berkomunikasi dan berpikir ke arah yang lebih baik.



Tapi bagaimanakah kondisi kader dan dakwah di daerah terpencil? Apakah sama kondisinya seperti di Jakarta? Tentu saja jawabannya berbeda, selain jumlah kadernya yang masih sedikit medan dakwah yang dihadapi pun juga berbeda.



Di pelosok negeri ini tidak semua kader kita dapat meraih fasilitas dakwah sebaik di Jakarta. Selain itu, karena jumlah kadernya yang sedikit maka beban dakwah yang dipikulnya menjadi lebih berat dan objek dakwahnya juga banyak yang berasal dari suku asli dimana kadang masih menganut animisme dan dinamisme. Belum lagi jalur transportasi yang tidak semudah di Jakarta. Untuk pergi ke suatu tempat lebih banyak harus menggunakan kendaraan sendiri dengan jalan yang belum tentu semulus di Jakarta. 



Sebagai contoh Solikhin abu Izzuddin dalam bukunya yang berjudul quantum tarbiyah menyebutkan bahwa di Nanggro Aceh di bumi Singkil ada seorang ummahat yang sedang hamil rela menempuh 80 km dengan mengendarai sepeda motor hanya untuk mengisi ta’lim. Lalu kisah Ust. Irfan di Sukabumi yang mengurusi 7 kecamatan yang lokasinya sangat jauh dari jangkauan sampai akhirnya syahid diperjalanan. Mungkin sebagian dari kita ada yang berkata, "Ah! itukan sekaliber ustadz tentu saja tidak mengherankan". Namun tidak demikian adanya. Di daerah terpencil di negeri ini masih ada kader - kader ikhlas yang mampu melewati banyak rintangan walaupun hanya untuk menghadiri majelis halaqoh semata.



Cerita teman saya di Kalimantan mungkin bisa menjadi salah satu contohnya. Ia bercerita bahwa sewaktu ia berada di Muara Komam, Kalimatan Selatan, setiap kali ia menuju tempat halaqohnya ia harus melewati beberapa hutan belantara yang gelap dan sering dilewati oleh babi dan monyet hutan serta harimau kayu. Begitu gelapnya jalanan tersebut, karena ia pulang halaqoh sekitar pukul 12 malam waktu Indonesia Barat, sampai - sampai ia pernah terjatuh beberapa kali dari motornya karena melewati jalan berlubang. Alhamdulillahnya mungkin karena keikhlasannya menjalani semua ini, hingga saat ini ia masih dalam lindungan Allah SWT dan tidak pernah berpapasan dengan binatang - binatang liar tersebut.



Begitulah tantangan kader kita yang berada di daerah. Mungkin ke depan kita harus berpikir bagaimana agar dakwah menjadi mudah bagi mereka yang berada di daerah terpencil. Karena sebelum kita sempat berpikir untuk dakwah disana, orang - orang non muslim sudah lebih dulu mengepakkan misi mereka disana. Yang mereka dekati kebanyakan adalah penduduk asli yang mayoritas memiliki kepercayaan menyembah pohon ataupun aminisme. Misi yang mereka sebar sangat terencana dengan rapi dan didukung oleh dana yang besar. Tak heran seringkali ada landasan pesawat terbang yang mereka gunakan untuk keperluan misi mereka. 



Kader - kader inti di daerah juga sudah berusaha untuk kembangkan dakwahnya sampai ke daerah terpencil. Namun karena jumlah mereka yang sedikit maka satu orang murrobi bisa mengisi beberapa halaqoh yang kadang lokasinya berjauhan. Meskipun dalam kesibukan dakwah yang luar biasa masih banyak murrobi yang memiliki persiapan yang baik dalam mengisi halaqohnya. Cara mengisi halaqohnya juga cukup modern yaitu dengan menyiapkan dan menyajikan materi halaqohnya dengan menggunakan LCD dan power point bahkan juga dengan menyiapkan fotokopi hand out untuk para muttarobinya. Dalam perjuangan dakwahnya ini pernah murrobi ini sampai harus dirawat karena kecelakaan motor dan bahkan menunda niatnya untuk mendapatkan beasiswa S2 di luar negeri karena tidak ada yang menggantikan dirinya untuk membina kader - kader yang ada dalam binaannya.



Tidak cukup rasanya bila kita hanya bisa mengagumi perjuangan dakwah dan pengorbanan mereka. Sudah saatnya kita yang di Jakarta ini bisa mensyukuri segala kemudahan ini dengan menggunakan setiap waktu kita untuk dakwah islam, tidak terbatas hanya ketika kita berada dalam halaqoh, mengisi taklim, ataupun ketika kita berada dalam organisasi, tapi juga terhadap keluarga kita, tempat kita bekerja dan bahkan ketika kita berada di dalam kendaraan umum sekalipun sehingga lingkungan kita dapat merasakan islam itu sebagai rahmatan lil ‘alamin dan masyarakat yang lebih baik akhlak dan pemahaman Islamnya pun dapat segera terwujud. (http://pks-jaksel.or.id/)

Artikel Terkait



Tags: ,

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com