Sang pendaki



jalanpanjang -Seringkali tidak ada yang tersisa dalam perjalanan ini, ketika langkah kaki menatap perjalanan berliku berupa musyarokah siyasiyah, atau keterlibatan dalam panggung politik bangsa ini, seolah menatap sebuah gunung yang menjulang tinggi, nampak indah dan menawan dikejauhan, ditumbuhi rindangnya pepohonan dan gemiricik air dan harumnya taburan bunga..ketika da'wah ini mulai menuju puncak perjalanan keindahan tersebut berubah seratus delapan puluh derajat ketika perbekalan untuk menempuh sang perjalanan hanya seadanya, bermodalkan semngat yang akhirnya berujung pada merutuk nasib kenapa kaki tersandung batuan terjal, kenapa ada amukan badai disana, belum lagi ancaman binatang buas yang siap menerkam..binatang penguasa rimba.

Namun diantara sekian banyak pendaki itu tetap ada yang melaju, tidak memperdulikan mereka yang mundur entah karana kehabisan perbekalan ataukah tidak tahan akan perihnya luka yang ditanggung, kengerian akan biatang buas menjadikan seluruh lututnya bergetar dan memilih zona nyaman berbalik kembali mencari naungan yang sebenarnya hanya sesuatu yang nisbi ketika mencari gua perlindungan yang tentu saja akan runtuh oleh ganasnya alam.

mereka tetap teguh mendaki..batu-batu terjal itu dijadikannya teman bermain..binatang-binatang buas itu mulai segan, bukan..bukan karena dia dilahirkan kuat..tetapi keberaniannya untuk terus belajar dan yakin akan kekuatan dari sang maha kuat..kemudian sampailah dia pada titik tertinggi perjuangan ini..mereke melihat terbitnya matahari sebagai harapan baru...merekalah orang-orang kuat yang terus belajar, belajar dari batu terjal, belajar dari semerbak harum bunga, gemericik air yang mengalir..dan merekapun mengambil hikmah pada badai..sehebat apapun badai yang menerjang pasti akan menyisakan pohon-pohon kuat yang tidak tercerabut akarnya....

dimanakah posisi kita saat ini..berbalik mundur, meratap dan menangis, terjebak harumnya bunga dan lupa untuk melanjutkan perjalanan?sekedar pengagum gunung yang hanya bisa berkomentar, sambil minum kopi melihat sang gunung dilayar televisi..ataukah kita sang pendaki yang terus mempersiapkan bekal sedikit demi sedikit terus menapaki jalan juang ini..

sudah banyak kita melihat, tolong mereka yang mulai kelelahan, ingatkan kembali mereka yang masih duduk dengan semangatmu, berlapang dadalah terhadap mereka yang picik yang mengaggapmu akan tergoda dengan harumnya bunga....

sekali bendera dipancangkan pantang untuk turun gelanggang

Artikel Terkait



Tags:

Jalan Panjang.web.id

Didedikasikan sebagai pelengkap direktori arsip perjuangan dakwah, silahkan kirim artikel maupun tulisan Tentang Dakwah ke jalanpanjangweb@gmail.com